Contoh Personal Branding 1

Contoh Personal Branding 1 1

Qintharra Novelia Kristti: Lupakan Artikel SEO

 

Usianya masih belia, namun energinya untuk berkiprah di dunia bisnis digital seolah tiada habisnya. Dialah Qintharra N. Kristti, mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Di tengah-tengah kesibukannya menjalani perkuliahan, mahasiswa semester 6 ini aktif mengelola toko online-nya, yakni “Q-factory”. Selain itu, dia juga seorang penulis aktif, yang karyanya tersebar di berbagai media online dan website.

Bahkan, dia pernah menerbitkan beberapa buku novel untuk pembaca kaum milenial. Di antaranya adalah “Planet Merah”, ”Secangkir Kopi”, dan “Setangkai Dandelion”.

Lalu, bagaimana Qintharra membagi waktunya untuk kesibukan yang sangat banyak itu?

“Saya menikmati semua kesibukan saya. Kalau soal bagi waktu, saya masih menggunakan cara sederhana, yakni berbasis skala prioritas,” katanya.

Qintharra mengaku sangat enjoy dalam menjalani aktivitasnya sebagai penulis. Bukan saja mengkoordinir para penulis pengisi konten, namun juga menulis artikel-artikel opini berkualitas.

“Saya kira, siapa pun bisa menulis sesuatu, mempostingnya, dan menyebutnya sebagai artikel. Namun, untuk mengirim tulisan ke media cetak memang lebih sulit, karena ada proses seleksi berlapis di sana,” sebutnya.

Bahkan menurutnya, teknik penulisan yang benar-benar layak baca sebenarnya sulit dipraktikkan.

“Malah, sekalipun tema artikelnya menarik, namun jika ditulis ala kadarnya, maka bisa memberi kesan datar,” sebutnya.

Jika saat ini banyak penulis konten yang begitu mementingkan SEO, sebaliknya, Qintharra bukanlah pemuja SEO.

Menurut dia, artikel SEO-friendly bisa jadi cukup informatif seperti database.

“Bisa juga cukup menarik untuk bot Google. Tapi, hal yang perlu dipikirkan apakah pembaca yang sesungguhnya akan sama tertariknya seperti Google? Saya kira, ya, kemungkinan besarnya tidak,” ungkapnya.

Banyak penulis, menurutnya, merasa harus ‘nurut’ pada Google. Tapi, apa gunanya membuat artikel jika tidak ada yang membaca karena kurang menarik?

“Masalahnya, SEO itu sering mengganggu kenyamananpembaca. Jika ingin artikel berkualitas untuk meningkatkan engagement, sudahlah, lupakan saja lupakan aturan teknis SEO,” tegasnya.

Dikatakan Qintharra, artikel dalam bahasa audiens jauh lebih penting ketimbang artikel SEO.

“Artikel yang bagus adalah tulisan yang memberikan solusi atas persoalan, dan memberikan jawaban atas pertanyaan,” katanya.

Sangat dimengerti jika Qintharra mendalami dunia menulis. Gadis enerjik ini aktif mengisi rubrik anak-anak di media cetak sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika itu dia menulis untuk rubrik anak-anak.

Kebiasaan menulis ini berlanjut hingga sekarang, dan dia berhasil membangun lapak digital yang menawarkan artikel-artikel konten website berkualitas beberapa tahun lalu.

Kini, dia memiliki lebih dari 70 penulis yang berasal dari kalangan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Super sekali, ya.

“Apapun yang saya lakukan, dunia menulis tak pernah saya tinggalkan,” tandasnya. (*)

 

 

Tanggapan