Legislator Asep Gumbira: Beranilah untuk Kebenaran!
Lugas, tegas, cerdas, namun jenaka, begitulah sosok Prof. Asep Gumbira, S.SE., MM, anggota DPR RI Periode 2014-2019 yang juga merupakan politikus Partai Jujur Indonesia.
Asep yang saat ini merupakan bagian dari Komisi VIII DPR menuturkan, perjuangannya untuk meraih kursi di Senayan tidaklah mudah.
“Butuh keberanian untuk berkompetisi merebut kursi DPR. Saya berkali-kali gagal, hingga akhirnya mendapatkan posisi ini,” katanya.
Rupanya, Asep memang tak main-main dalam urusan keberanian. Alumni FE Universitas Padjadjaran ini meyakini, berani karena benar dan berani untuk kebenaran dalam berbagai hal merupakan rumus untuk membela kepentingan rakyat.
Dikatakan ayah dari 3 anak ini, keberanian adalah situasi ketika seseorang merasa takut, namun tetap meneguhkan diri untuk melangkah maju.
“Keberanian itu identik dengan melawan ketakutan,” tuturnya.
Dalam berbagai kesempatan, pimpinan Partai Jujur Indonesia, Jawa Barat ini juga tak bosan-bosannya menekankan semangat dan keberanian memenangkan kontestasi politik pada kader-kader muda Partai Jujur.
“Jangan mudah putus asa ketika mengalami kegagalan. Perjuangan itu butuh keberanian, konsistensi, dan tekad yang bulat,” ucapnya.
Walau usianya sudah tidak belia, organisatoris dengan segudang pengalaman ini bertekad untuk terus berkiprah demi memajukan masyarakat.
“Hidup saya sudah saya wakafkan untuk masyarakat,” katanya.
Pernyataannya itu memang tak main-main. Di lingkungannya, Asep dikenal sebagai sosok yang sederhana. Untuk ukuran seorang legislator, keseharian Asep terbilang ‘biasa-biasa’ saja.
Rumah tempat tinggalnya bukan di kompleks mewah, bahkan melesak ke arena perkampungan di pinggiran Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penampakannya pun tergolong bersahaja.
“Kendaraan roda empat, saya cuma punya satu. Bukan mobil mewah, Avanza saja, yang penting bisa ngagorolong dan maju saja,” ujarnya, seraya tertawa lepas.
Bukan rahasia, penghasilan yang didapat Asep sebagai anggota DPR lebih banyak digunakan untuk berkontribusi pada kepentingan masyarakat.
“Tapi ingat ya, yang digunakan itu penghasilan halal, dan bukan hasil korupsi,” ujarnya, tersenyum.
Asep menyelesaikan studi S1 dan S2-nya di Universitas Padjadjaran Bandung.
Suami dari Rinrin Elvatara ini bertekad untuk terus mengoptimalkan perannya sebagai wakil rakyat melalui Komisi VIII, yang berpasangan kerja – di antaranya — dengan Kementerian Agama.
Terkait pengelolaan haji di Tanah Air, Asep berpendapat bahwa kelemahannya teletak pada aspek regulasi, kelembagaan, dan operasional. Kesemuanya membutuhkan respons yang cepat dan tepat agar penyelenggaraan haji di Indonesia tuntas terkonsolidasi.
“Dalam praktiknya kan tidak semua jamaah haji mendapatkan layanan pembinaan, pelayanan dan perlindungan secara memadai. Pemerintah dinilai belum sepenuhnya memberikan pelayanan terbaik,” katanya. (*)
or
Follow Us On